Jadilah Anak Kecil

"Dasar, seperti anak kecil.!!!"

Hai, kenapa banyak orang dewasa suka mengumpat seperti itu. Padahal dia seringkali kehabisan ide ketika mengerjakan tugasnya sebagai orang dewasa.

Mungkin dia tak pernah baca buku, sehingga tak tahu bahwa Thomas Edison pernah berkata, "penemuan terbesar di dunia adalah pikiran seorang anak"

Psikolog Jean Piaget berpendapat, "jika ingin kreatif, jadilah anak kecil yang belum dirusak oleh pikiran orang dewasa."

J. Robert Oppenheimer, "Ada anak-anak yang sedang bermain di jalanan yang bisa mencerahkan sebagian persoalan-persoalan puncak saya dalam fisika karena mereka memiliki cara-cara tanggap dengan panca indra yang telah lama sekali saya buang."

Orang dewasa otaknya telah tercemari dan terbelenggu berbagai macam persoalan dunia. Dalam setiap geraknya dia akan terlalu banyak berpikir memperkirakan hasilnya daripada mencari cara baru untuk mencapai sasaran. Dia juga seringkali terikat oleh pengalaman masa lalunya sehingga berbagai gagasan yang dituangkan selalu terpola dari situ kesitu lagi. Cenderung monoton.

Orang dewasa ketika menyebrang jalan akan berbuat yang sama dari waktu ke waktu. Berhenti sejenak di trotoar, tengok kanan kiri baru melangkah setelah yakin tidak ada kendaraan lewat.

Akan berbeda dengan anak kecil yang tak pernah punya pengalaman sebelumnya tentang menyebrang jalan. Dia akan berbuat dengan bermacam tingkah tanpa ada beban. Berhenti dulu, tengak tengok dulu atau langsung nyelonong sambil berlari atau bergulingan di jalan bisa saja dia lakukan. Pokoknya tanpa beban akan berakibat apa.

Aku yakin itu yang penting dalam mencari ide. Tanpa beban dan lepas dari segala belenggu pengalaman atau pemikiran yang tak perlu. Mungkinkah itu..? Sangat memungkinkan. Caranya..?

Andai otak kita sebuah gelas dan sudah penuh dengan ampas kopi, dapatkah kita tambahkan air satu gelas lagi tanpa tumpah? Aku yakin tak mungkin. Satu-satunya jalan adalah mengosongkan gelas itu, baru dituangkan air yang baru. Ide-ide yang baru.

Biarkan semuanya bebas mengalir tanpa beban. Lupakan segala aturan. Jadikan otak tidak logis. Berubahlah menjadi dungu. Bebaskan, lepaskan, dan dapatkan...
Enjoy aja...

Jadilah anak kecil...

Kenapa Blogspot

Ada teman yang bertanya, kenapa milih blogspot bukan yang lainnya..?

Memang aku lihat banyak sekali blog-blog gratisan yang bisa aku pergunakan. Masing-masing punya banyak kelebihan sekaligus kekurangan. Dan aku melihat blogspot lebih cocok buat aku belajar.

Blogspot tampilannya sederhana, tidak serumit Multiply, Friendster, Yuwie atau yang lainnya. Memang disana aku bisa pajang foto, musik dan video. Tapi untuk tahap belajar aku ingin memfokuskan pada masalah menulis. Aku tak bisa narsis karena tampangku jelek. Aku juga tidak bisa upload mp3 atau video karena koneksiku terlalu lambat.

Blogspot juga mengijinkan pemakaian java script dan edit html lebih bebas dibanding yang lain. Di Multiply aku cuma bisa mengedit sedikit-sedikit lewat CSS dan pemakaian java script harus lewat konverter. Mungkin tidak begitu sulit untuk orang lain, tapi buatku itu terlalu rumit. Namanya juga masih belajar.

Wordpress juga sederhana, tapi menurutku agak susah juga. Untuk belajar script dibatasi lalu untuk gambar aku harus upload dulu di hosting lainnya. Waaah... nantilah yang rumit-rumit. Aku mau yang gampang dulu.

Trus ada temen yang selalu mengompori soal cari uang di internet lewat adsense. Sempat terpikir juga walaupun aku belum berminat. Buat nanti saja lah kalau sudah oke. Tapi tidak ada salahnya aku belajar tentang publikasi di search engine dan adsense. Aku pikir blogspot itu milik google, jadi sepertinya akan lebih mudah diindex oleh google. Dan kalau sudah memenuhi syarat untuk ikut adsense, sepertinya lebih mudah buat diapprove.

Pokoknya aku pakai blogspot bukan apa-apa. Cuma aku suka kesederhanaan dan kemudahannya untuk seorang newbie.

Semoga aku bisa cepat pintar...

(Katanya) Kesalahan Blogger Pemula

Namanya juga belajar, jadi banyak jalan-jalan kesana kemari cari info. Sampai nemu panduan untuk blogger pemula diblognya mas ilham.


Isinya antara lain begini :

Kesalahan 1: Launching sebelum ada theme yang jelas
Kesalahan 2: Unregularly posting
Kesalahan 3: Obsesi berlebihan pada komentar, trackback, dan statistik
Kesalahan 4: Obsesi berlebihan pada fitur
Kesalahan 5: Mana yang penting dan mana yang tidak penting
Kesalahan 6: Copy-paste yang pasrah
Kesalahan 7: Ambisi yang berlebihan
Kesalahan 8: Alamat URL yang tak pernah berhenti berlari
Kesimpulannya, jangan terjebak sensasi “rasa” dalam dunia blogspots yang begitu maya ini!

Aku ga menyangkal semua itu salah atau benar. Benar dan salah di dunia gambar dan tulisan ada dalam diri masing-masing. Berbeda pendapat seseuatu yang lumrah dan tidak berdosa asal jangan terus berantem.

Memang bagus kita membuat theme blog sebelum launching, tapi bagaimana kita bisa segera menulis kalau untuk belajar bikin desainnya perlu waktu lama. Buat aku blog itu tentang menulis, ya menulislah dulu. Sambil jalan kita belajar pelan-pelan mendesain tema yang sesuai. Mencari di penyedia tema gratisan memang banyak, tapi namanya juga pemula kadang aku terjebak dengan penampilan blog yang bagus-bagus dan ramai. Sampai akhirnya aku lupa kalo isi blog itu sebenarnya tulisannya, bukan bajunya.

Posting teratur sudah pasti aku setuju. Tapi terobsesi kepada komentar dll, aku doakan jangan sampai deh. Apalagi buat aku pribadi menulis hanya sebagai pelepasan isi kepala. Ada yang mau baca ya syukur, angga juga gapapa. Tapi walau begitu tetap aku berusaha menulis yang bagus dan berisi. Siapa tahu suatu saat aku membutuhkan sesuatu yang karena sudah lama, aku lupa caranya. Kan bisa buka di blog sendiri untuk mengingatnya.

Fitur atau widget memang menarik banget, apalagi buat kelas belajar kaya aku. Sepertinya kok bangga banget yah kalo blognya rame dan penuh warna. Kesannya aku pinter gitu. Tapi ga deh. Tetap aku kembali ke pokoknya, blog itu menulis. Tulisan lebih penting. Lagi pula kebanyakan widget membuat aku lama membuka halamannya. Boros pulsa doooong...

Soal copy paste, aku bingung menjawabnya nih. Aku saja sering kebingungan mau nulis apa. Tapi tetap aku berusaha ga seperti itu. Paling kutip sana sini sedikit sedikit trus kasih opini. Kan ide itu bukan hal yang benar-benar baru, tapi kombinasi baru dari barang lama.

Ambisi, kayaknya engga deh. Pokoknya tetap seperti aku tulis di atas. AKu menulis dan menulis untuk menumpahkan unek-unek saja.

Nah, soal domain aku ga sepenuhnya setuju. Emang bener sih untuk hosting gratisan penuh resiko. Tapi karena aku hanya mampunya begini ya biarlah. Namanya juga gratisan. Lagi pula buat aku google rank belum begitu penting. Tetap isi tulisannya. Kalo memang orang sudah kesengsem tulisan kita, mau pindah sehari tiga kali kayaknya mereka bakal terus ngikuti.

Sudahlah...
Ini sekedar opini..
Daripada ga nulis...

Mencari Ide

Sudah punya blog, bingung mau menulis apa..? Untung hidup di jaman serba mudah cari informasi. Minta tolong mbah gogel. Aku pikir, untuk menulis itu perlu ide. Jadi sebelum menulis aku harus tau, apa sih ide itu?


Dapat deh. Tapi yang aku temukan malah beraneka macam definisi dan deskripsi semacam ini.

"Ide adalah apa yang ada dalam pikiran, kemungkinan besar atau sesungguhnya, sebagai sebuah produk aktivitas mental, seperti pemikiran atau pengetahuan. Katagori yang paling besar adalah produk lengkap dan final dari akal budi sampai suatu entitas transeden, yaitu pola riil dimana benda-benda yang ada merupakan representasi-representasi yang tidak sempurna."


Eh, sulit banget sih..?
Kesulitan itu dengan sempurna dikemukakan oleh Marvin Minsky dalam The Society of Mind.
"Hanya dalam logika dan matematika saja segala macam definisi bisa dengan sempurna menangkap konsep-konsep... bla bla bla...

Walah, bukannya jadi bisa nulis malah kepala pening yang ada. Kalau begitu untuk mendapatkan ide seseorang harus menjadi jenius macam Newton atau Einstein. Tapi aku kan bukan ingin menjadi pencipta roket atau pemenang nobel. Kapan aku bisa menulis kalau untuk menemukan ide saja harus bisa mencari hal-hal yang baru yang belum pernah ada. Aku bukan menginginkan invention atau discovery untuk menulis ini.

Kayaknya otak kecilkuku lebih sreg kalo mendefinisikan ide itu sebagai pemikiran kreatif mengkombinasikan unsur-unsur lama menjadi hal yang baru, tak lebih dan tak kurang. Aku yakin tak mampu menemukan makanan jenis baru tanpa jadi seorang profesor.

Tapi aku sepertinya mampu untuk mencampuradukkan daun kangkung, berbagai bumbu dapur lalu memasukannya ke kuali di atas kompor. Enak atau tidak masakanku itu gimana nanti saja. Yang penting aku berkreasi. Toh apapun hasilnya tetap tercipta rasa yang baru. Kalo enak alhamdulillah, tidak enak aku cari kombinasi baru.

Unsur-unsur apa sih yang enak untuk dikombinasikan..? Menurutku pengalaman pribadi sehari hari dibumbui opini. Mudah dicerna oleh orang awam karena mereka juga mungkin pernah mengalami. juga mudah dibumbui karena aku pasti punya pemikiran tentang masalah itu. Dan yang paling penting aku bisa mempertanggungjawabkan tulisanku itu dengan tingkat kesulitan rendah saat ada yang menyanggah.

Misalkan saja baru dari warteg makan pete. Kita tulis saja pengalaman punya mulut bau sehabis menikmati kelezatan pete itu. Lalu berikan opini atau minimal komentar. Pete memang enak, tapi resikonya mulut jadi bau pete. Biar tidak bau pete, kita sebaiknya terus makan jengkol.
Dah, segitu kayaknya cukup deh.

Nah, kalo ada yang berkomentar di tulisan kita.
"Kalo makan jengkol, tar jadi bau jengkol dong?"
Tak perlu sulit kita menjawab.
"Tapi kan tidak bau pete lagi..."

Ngeblog

Ngeblog... ngeblog... ngeblog...


Awalnya aku sedikit bingung mendengar istilah itu. Apa sih artinya..?
Setelah muter sana sini, akhirnya aku bisa tau. Oooo... begini tho blog itu.

Langsung coba-coba aku register dan bikin blog apa adanya. Tapi trus bingung mau diisi apa sih. Apakah tulisanku layak dipublikasikan di internet. Dibaca orang dari seluruh dunia. Apa mungkin sih aku bikin tulisan yang bermutu..?

Pertanyaan demi pertanyaan malah membuatku tak karuan. Berulang kali mencoba menulis, sebanyak itu pula urung aku posting. Coba-coba cari tulisan bermutu dibantu mbah gogel. Pas mau klik tombol posting, aku tahan lagi. Masa sih aku pajang tulisan orang..? Bagaimana kalo yang punya baca..?

Ada temen yang kasih masukan, sumbernya ditulis dong. Jadi ga usah merasa bersalah dengan penjiplakan itu. Udah aku coba, eh mikir lagi... Apa ga malu yah untuk tulisan yang sederhana ini aku harus ambil tulisan orang..? Aku cari lagi tulisan yang rada mutu. Ealah... otakku mikir lagi. Tar, kalo ada yang komentar minta penjelasan tentang tulisan itu, aku harus jawab apa? Kalo dicuekin, sama saja aku tidak bertanggungjawab dong...

Akhirnya aku ambil keputusan. Aku akan menulis setulis-tulisnya apa yang ada dalam otak kecilku ini. Terserah orang mau baca, mau engga bukan urusan aku. Anggap saja aku menulis buku harian pribadi cuma medianya lain. Yang penting aku bisa bertanggungjawab atas tulisanku. Andai saja ada yang komentar, aku bisa menjawabnya.

Terserah orang bilang tulisanku tidak bermutu atau tidak ada gunanya. Namanya juga masih belajar. Yang penting aku yakin seyakin-yakinnya suatu saat nanti aku mampu menulis seperti yang orang lain tulis.

Menulis... menulis dan menulis...
Itu saja...